Warta Bandung – Bangsa Indonesia merayakan Hari Pramuka pada 14 Agustus 2022. Hari Pramuka ini diperingati setelah lahirnya Gerakan Pramuka di Indonesia yang diresmikan pada 1961 oleh Presiden Sukarno.
Di Bandung, Hari Pramuka memiliki sejarahnya sendiri untuk warga di Ibu Kota Provinsi Jawa Barat tersebut. Bahkan, ada taman khusus yang dinamai sebagai Taman Pramuka yang terletak di Jalan LL. RE Martadinata di Kota Bandung.
Lantas, bagaimana sejarahnya Taman Pramuka ini bisa berdiri di Bandung? Berikut rangkuman detikJabar:
Berawal dari Nama Oranje Nassauplein
Sebelum berbentuk Taman Pramuka, taman ini awalnya dinamakan Oranje Nassauplein oleh Bangsa Belanda. Mengutip jurnal Miftahul Falah, Agusmanon Yuniadi, dan Rina Adyawardhina yang diterbitkan Departemen Sejarah dan Filologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad), Oranje Nassauplein dibangung pada sekitar tahun 1920-an.
Dalam jurnalnya yang berjudul Ruang Terbuka Hijau dalam Tata Ruang Kota Bandung Akhir Abad XIX Hingga Pertengahan Abad XX, disebutkan jika Oranje Nassauplein dibangun dengan bentuk setengah melingkar. Taman ini dibuat sederhana dengan pepohonan yang ditanam tidak begitu rapat.
Sementara, dalam jurnal Nandang Rusnandar yang diterbitkan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, disebutkan jika Oranje Nassauplein dibangun sebagai kebutuhan gemeenteraad atau dewan kota saat itu. Hal ini dilakukan karena memang Bandung bukan hanya menjadi Ibu Kota Kabupaten Bandung, namun juga sebagai Ibu Kota Karesidenan Priangan setelah dipindahkan dari Cianjur.
Dalam jurnal berjudul Sejarah Kota Bandung Dari “Bergdessa” (Desa Udik) Menjadi Bandung “Heurin Ku Tangtung” (Metropolitan) ini, Nandang memaparkan jika kondisi di atas membuat Bandung akhirnya membangun taman di seantero kota. Selain untuk kebutuhan estetika, taman-taman ini, termasuk Oranje Nassauplein dibangun sebagai upaya menjaga kelestarian alam Bandung.
Tempat Kongkow Bangsa Belanda
Mengutip jurnal Departemen Sejarah dan Filologi, Fakultas Ilmu Budaya Unpad disebutkan bahwa pembangunan Oranje Nassauplein dilakukan dengan membuat sebuah bangunan yang mirip sebagai gazebo yang berdiri di tengah-tengah kolam. Di gazebo inilah, Bangsa Belanda kala itu bersantai dengan melakukan minum-minum.
Bentuknya yang khas dengan bangunan peninggalan Belanda, saat ini masih bertahan di Taman Pramuka. Kesan jadul pun masih bisa dilihat dari bangunan yang bercat putih dan bergaya arsitek khas Negeri Kincir Angir tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul Album Bandoeng Tempo Doeloe, Sudarsono Katam dan Lulus Abadi menulis jika Oranje Nassauplein berfungsi sebagai tempat bersitirahat para pegawai pemerintahan Hindia Belanda. Adapun nama daerahnya saat itu disebut sebagai kawasan Kapiten Hill, yang merupakan kawasan perumahan mewah dengan halaman luas yang dipenuhi bunga.
Sejak awal berdiri, gazebo tersebut telah didirikan di tengah-tengah taman dengan fungsi yang berganti-ganti seiring waktu. Awalnya, di depan gazebo terdapat sebuah kolam yang kini berganti menjadi area taman untuk memasang tiang bendera.
Dari kolam tersebut, orang yang beristirahat dapat melihat latar belakang pemandangan perempatan Noorder Kampemenstraat, jalan yang sekarang menjadi nama Jalan Aceh dan Riowstraat. Kemudian di akhir 1930-an, area jalan masuk menuju bangunan gazebo ditanami deretan pohon palem.
Seiring berjalannya waktu, gazebo di Oranje Nassauplein mulai berubah fungi pada 1940-an, dan digunakan sebagai toko kelontong. Hal itu terjadi saat peralihan kekuasaan di Bandung dari Hindia Belanda ke pemerintah Jepang.
Mulai Digunakan Kegiatan Pramuka
Setelah Indonesia merdeka, sekitar tahun 1950-an, Oranje Nassauplein dirubah namanya menjadi Lapangan Dipatiukur. Namun, fungsinya masih tetap dipertahankan sebagai tempat beristirahat dan bersantai warga.
Di tahun-tahun tersebut, Oranje Nassauplein yang telah berganti nama menjadi Lapangan Dipatiukur mulai berbenah. Sebuah gedung perkantoran mulai dibangun di belakang gazebo, sekaligus kegiatan kepramukaan mulai aktif dilakukan di area tersebut.
Sumber : Detik.com
Komentar